Monday, September 4, 2017

TERIMA KASIH TELAH MENJADI TOKOH UTAMA TULISANKU

Tulisan ini aku persembahkan untukmu yang selama ini aku cintai dalam diamku..
yach diam-diam memandangnya dari jauh
diam-diam menyebut namanya dalam doaku
diam-diam mencari tau keberadaannya
dan diam-diam stalking sosmednya...hehehehe

Entah sejak kapan aku memperhatikanmu dari sini. Bila semua ini ditarik menjadi satu garis lurus, meruntunkan suatu kronologi dan merujuk pada titik awal di mana aku pertama kali jatuh cinta padamu, ah aku lebih memilih untuk tidak mengingatnya. Aku lebih memilih untuk menikmati perasaan ini.
Kau tahu? Jatuh cinta diam-diam itu layaknya seperti kopi. Pahit namun menjadi candu. Jatuh cinta diam-diam juga layaknya seperti bermain judi, memaksaku untuk terus menebak-nebak. Menebak-nebak dalam ketidaktahuan, menebak-nebak dalam selimut keraguan.

Aku jatuh cinta pada pikiranmu, sudut pandangmu, pada duniamu yang tak kuketauhi seluas apa, pada setiap katamu yang selalu menimbulkan tanya, pada sikapmu yang menuntunku untuk memperlakukan diriku menjadi lebih baik, pada cerita yang tak ada habisnya, hingga akhirnya aku jatuh cinta pada ketidaktahuanku sendiri.

Entah. Memang entah sejak kapan aku memperhatikanmu dari sini. Mengamatimu dari jarak yang kuciptakan sendiri. Membuatku mulai mengetauhi beberapa kebiasaanmu. kemeja putih bersaku.Bukankah itu kemeja yang sering kau kenakan pada saat ke kampus? Atau aku salah?..

Entah. Memang entah siapa yang salah. Mungkin keadaan. Mungkin juga hati yang berjalan terlalu jauh hingga sukar tuk kembali dan berdamai dengan logika. &
Entah. Memang entah mana yang benar. Kau sebagai dinamika yang membuatku terbiasa. Atau kau adalah hal biasa yang membuatku terbiasa berdinamika.
Entah. Memang entah setan& mana yang membuatku memberanikan diri berterus terang padamu. Hanya saja, aku tidak ingin setelah kehilangan menghajarku sedemikan rupa, penyesalan datang menyapa. Bukan menawarkan tawa, hanya menggenapkan luka. Orang gila mana yang ingin menerima kedua hal itu?
Maaf. Maaf untuk perasaan yang dengan lancangnya telah ada dan sialnya aku membiarkannya terus ada. Maaf telah menjadikanmu sebagai tokoh utama untuk setiap tulisan yang kubuat. Aku hanya berpikir, karena kau sementara,maka aku mengabadikanmu dalam tulisan. Dalam setiap gerakan pena.

No comments: